Ada beberapa macam bantuan yang kami kirim ke Posko ini dan yang menjadi koordiantornya adalah Suster Ernestin OSF.
Bantuan kami tersebut terdiri dari dispenser+galon aqua dan makanan siap saji yang tinggal diseduh dengan air panas dispenser ( seperti Pop-Mie, Energen....).
Alasan kenapa kami memberikan bantuan seperti itu: Posko SMP Marsudirini Muntilan dalam hal konsumsi masih tergantung akan nasi bungkus yang berasal dari Yogyakarta. Sedangkan pendistribusian nasi bungkus dari Yogyakarta terkadang tiba di Posko SMP Marsudirini Muntilan tidak On-Time mengingat pada situasi dan kondisi reel sekarang. Maka tak jarang, para pengungsi di posko ini harus menahan lapar karena bantuan nasi bungkus dari Yogyakarta belum tiba. Bila ada Pop-Mie ataupun Energen maka pada saat konsumsi nasi bungkus dari Yogyakarta datang terlambat, para pengungsi dapat makan pop-mi atau Energen yang tinggal diseduh air panas dispenser sehingga ada sedikit isi di dalam perut sambil menunggu nasi bungkus datang.
Atas informasi dari P. Sigit Pawanta SVD dan briefing singkat lewat telephone maka kami sepakat untuk membantu para pengungsi di SMP Marsudirini Muntilan dengan barang-barang tsb di atas.
2) Dari Posko SMP Marsudirini, kami melanjutkan perjalanan menuju Desa Wates yang berjarak 15 Km dari puncak merapi. Di desa ini tinggal keluarga dari seorang suster AK. Dari Informasi yang dikumpulkan oleh Br. Pius Himaang yang telah mengunjungi keluarga suster sehari sebelum kami datang ( 13 November 2010 ), team kami menyerahkan 15 paket sembako untuk diberikan kepada warga desa Wates yang membutuhkan dan Pendistribusian akan dilakukan oleh Suster AK.
3) Team kami melanjutkan perjalanan ke lereng merapi tepatnya ke dusun Gemer yang hanya berjarak 8 Km dari puncak merapi. Dan ini sudah termasuk Zona Berbahaya bagi pemerintah. Kami mengunjungi dusun Gemer ini untuk memberikan batuan untuk keluarga seorang Suster SSpS yang tinggal di dusun ini dan warga dusun Gemer yang lain. Dan bantuan yang kami serahkan berupa sembako. Informasi akan kebutuhan sembako bagi warga dusun Gemer ini kami dapat dari hasil survey dari Br. Pius Himaang yang kemarin juga telah mengunjungi dusun ini bersama suster-suster SSpS. Desa ini sudah yang paling atas di kecamatan Dukun. Kerusakan yang terjadi akibat dari hujan abu dan kerikil yang melanda desa ini masuk dalam kategori Parah.Dan terkadang kita dapat mengendus bau belerang walau itu tipis.
4) Team kami menuruni lereng merapi menuju posko berikutnya yaitu Posko Desa Nglumut, Sawangan-Magelang. Jarak desa Nglumut ke puncak merapi adalah 12 Km. Sejak Erupsi gunung Merapi tidak ada seorang pun warganya yang mengungsi. Kami mendapatkan informasi tentang desa ini dari Suster Verena SSps. Dan bantuan yang kami berikan berupa Sembako karena persediaan sembako mereka sudah mulai menipis.
5) Dari desa Nglumut, kami teruskan perjalanan menuju Posko Blabak yang adalah Posko yang dibantu langsung oleh Posko Susteran SSpS. Dalam hal ini Suster Verena yang meyerahkan bantuan langsung kepada Posko ini.6) Dalam perjalanan pulang ke Yogyakarta, P. Sigit Pawanta SVD mengirimkan SMS kepada saya agar mengunjungi Posko SDN Somokerto di daerah Salam ( satu arah menuju Posko Ngluar ). Dan ternyata di Posko ini ada Bu-le P. Sigit yang menjadi pengungsi di Posko SDN Somokerto. Dari perbincangan dengan Bapak Lis selaku koordinator posko. Maka kami mengetahui apa saja yang masih menjadi kebutuhan posko ini. Dan ada hal yang saya kagumi dari Bapak Lis ini, yaitu beliau tidak lupa bahwa besok hari senin 15 November 2010 anak-anak harus masuk sekolah kembali sehingga beliau tanpa ragu-ragu memohon bantuan buku-buku tulis dan alat-alat tulis agar anak-anak pengungsi bisa sekolah dan belajar kembali walaupun di pengungsian. Karena gedung sekolah dari anak-anak pengungsi rusak berat sehingga harus berbagi kelas dengan anak-anak dari SDN Somokerto. Hebat semangat dan perhatian Pak Lis akan pendidikan anak-anak di pengungsian yang berjumlah 40 orang. Kami siap bantu Pak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar