Jumat, 10 Desember 2010

Legio Maria Paroki St. Paulus Surabaya

10 Desember 2010 sekitar jam 9 kurang sedikit, P. Sigit menelephone saya untuk datang ke Soverdi karena ada tamu dari Surabaya ingin memberikan donasi ke Desa Balerante, Klaten.

Saya langsung berangkat ke Soverdi dari rumah Ibu Nunik..Sesampai di depan pintu gerbang Soverdi saya lihat P. Yosef Due SVD dan Bpk. Joko sudah menunggu saya. Setelah mengambil beberapa barang bantuan, kami pun langsung berangkat ke TKP.

Kami mengambil dari arah Pabrik Gula Gondang untuk menuju Kaliworo baru setelah itu menuju Balerante. Mendekati jam 11 siang kami melewati jembatan Kaliworo. Dan para anggota Legio Maria St. Paulus dan P. Josef Due terkesima dengan pemandangan Kaliworo yang sudah kering tanpa ada setetes air pun dan dipenuhi lahar dingin plus ratusan penambang pasir yang memenuhi Kaliworo. Berbagai  bayangan bisa terjadi dibenak masing-masing pribadi.....

Selang 15 menit setelah melewati jembatan Kaliworo, akhirnya sampailah kami di Posko Balai Desa Balerante, Saatnya untuk memberikan donasi yang telah disiapkan.


Setelah donasi diberikan maka P. Josef Due ingin agar kita langsung pulang saja ke Yogyakarta tapi cari dan ambil jalan alternatif lain karena jalan yang melalui Kaliworo rusak dan beliau kawatir bila tiba-tiba banjir lahar datang pas mobil yang kami tumpangi sedang melintas ada di atas jembatan Kaliworo maka habis lah kita semua...Beliau sempat katakan bahwa kita boleh beriman kuat tetapi rasio juga harus dipakai. Lalu saya sampaikan ke P. Yosef Due bahwa jalan alternatif lain bisa diambil tapi kita perlu naik dulu ke dusun Banjarsari di atas lalu dari dusun itu kita ambil jalan memotong lereng ke arah kecamatan Cangkringan dekat desa M'bah Marijan kemudian dari sana kita jalan turun terus menuju Yogyakarta tanpa melalui jembatan Kaliworo ( yang rupanya memberikan bayangan menakutkan di kepala P. Yosef Due ).

Perjalanan kami pun dilanjutkan menuju Dusun Banjarsari dengan dipandu oleh warga setempat..Ya, Anggota Legio Maria St. Paulus baru mendapat gambaran nyata di depan mata tentang dasyatnya erupsi Merapi. Sesampai kami di Dusun Banjarsari hujan rintik-rintik turun maka menambah kekawatiran di hati setiap orang yang datang dari Surabaya ini..( mereka kawatir lahar dingin datang menerjang tiba-tiba, normal bagi mereka yang baru pertama kali datang dan melihat apa yang telah terjadi ).

Sebenarnya bila hati agak tenang dan pikiran agak jernih maka segala kekawatiran di hati apalagi ditambah akan bayang-bayang seperti Film 2012..tidak lah perlu terjadi. Sewaktu kami naik menuju Dusun Banjarsari, begitu banyak relawan dari Kabupaten Wonosari yang baru saja selesai kerja bakti dan sedang menikmati hidangan nasi kotak makan siang mereka ( jumlah mereka sekitar 5-6 truk + 1 buah mobil ambulans ). Melihat banyaknya relawan yang datang dari Instansi Resmi Kabupaten Wonosari, sudah pasti dan jelas bahwa ada team ahli yang menyertai mereka. Bila mereka asik dan tenang-tenang aja makan nasi kotak, buat apa kita harus jadi panik sendiri...RUPANYA BAYANG-BAYANG HOROR SUDAH MENGALAHKAN IMAN DAN RASIO. Tetapi sekali lagi saya katakan ini Normal, namanya juga mereka baru pertama kali datang dan lihat sendiri kenyataan yang ada dan bukan lagi sekedar melihat laporan-laporan berita di Televisi yang kadang-kadang LEBAY karena ada segelintir wartawan Televisi yang hanya mementingkan Rating Station Televisi-nya.

Akhirnya kami mengambil jalan memotong lereng dari Dusun Banjarsari ke arah kecamatan Cangkringan yang masuk wilayah DIY. Setelah mendapat petunjuk satu dua hal dari penduduk lokal maka mobil pun meluncur mulus ke arah Wilayah DIY dimana kami akhirnya sampai di SDN 1 Kalasan. Saya tidak melihat lagi raut kawatir di muka mereka. Dan saya katakan kepada setiap orang bahwa mereka sudah melihat sendiri keadaan di lapangan sehingga ada  cerita waktu pulang ke Surabaya. Dan cerita  ini adalah oleh-oleh dari Yogyakarta yang paling tidak bisa dilupakan.


s

Tidak ada komentar:

Posting Komentar