Minggu, 05 Desember 2010

Kisah Kasih Seorang Pengungsi

Senin 30 November 2010, saya bersama Mba Tiwi dan Ibu Sara datang ke Dusun Candi-Sumber untuk memberikan bantuan logistik kepada 40 KK warga Dusun Candi Sumber kemudian perjalanan dilanjutkan ke SD Kanisius Sumber untuk memberikan bantuan untuk para siswa/siswi SD Kanisius Sumber berupa susu dan snacks. Kami sempat berkunjung ke rumah orang tua P. Sigit di Dusun Berut Sumber. Di sana saya bertemu dengan Bapak, Ibu ( yang sedang sakit Flu ) dan Mas Pur ( Teguh Purwono ) yang terlihat belum 100% fit; beliau sempat periksa ke dokter umum dan didiagnosa terkena ISPA karena abu gunung merapi.

Setelah beramah tamah sebentar dengan keluarga P. Sigit, kami melanjutkan perjalanan menuju ke Dusun Balong untuk misa arwah  karena ada salah satu anggota keluarga P. Eko Yuliantoro/ Mba Tiwi meninggal dunia. Setelah misa arwah dan upacara penguburan selesai maka kami pun pulang menuju Yogyakarta.

Sewaktu saya melihat keadaan Mas Pur tadi, saya hanya melihat bahwa beliau masih agak cape sehingga matanya pun agak berair dan tidak ada prasangka apapun.

Tanggal 1 Desember 2010, saya, Ibu Nunik dan Patrice ( salah seorang putri Ibu Nunik ) pergi ke daerah Sumber untuk memberikan bantuan berupa buku-buku dan alat tulis ke SD Kanisius Sumber lalu kami lanjutkan perjalanan  ke Dusun Berut untuk memberikan sumbangan berupa tandon air, pinjaman pompa sawah Honda dan Susu Formula untuk Bayi.

Setelah semua barang diturunkan dari mobil pick-up,saya berbincang-bincang dengan Bapak dan Ibu dari P. Sigit, dari perbincangan tersebut saya mengetahui bahwa pada pagi hari ( sebelum saya datang ) Mas Pur dan istri ditemani oleh seorang teman yang menjadi sopir pergi ke rumah sakit Panti Rapih di Yogyakarta untuk memeriksakan penyakit Mas Pur dan dari keputusan dokter rumah sakit maka Mas Pur diharuskan di-opname. Saya cukup terkejut mendengar berita ini karena sehari sebelumnya saya masih bertemu dengan beliau dan memang pada saat kami bertemu, saya hanya melihat bahwa beliau terlihat agak cape dan mata sedikit berair. Dan saya pun sempat berujar ke Mas Pur setelah kami berjabatan tangan : "Mas suhu badannya masih panas ya "

Kami pun berangkat pulang setelah sebelumnya sempat melihat-lihat keadaan Kali Lamat. Diperjalanan pulang saya dan Bu Nunik sepakat untuk menjenguk Mas Pur di Panti Rapih pada jam berkunjung sore hari. Saya pun sempat mengabari Mba Tiwi tentang kabar berita Mas Pur yang di-opname di Panti Rapih. Mba Tiwi juga terkejut dengan berita ini dan bersedia meluangkan waktu untuk besuk di Panti Rapih.

Setibanya di Panti Rapih, saya melihat P. Sigit sudah lebih dahulu tiba dan setelah beberapa saat beliau harus kembali ke Syantikara ( karena beliau sedang membawakan retret untuk suster-suster CB di Syantikara ). Keadaan Mas Pur di Panti Rapih cukup mengkawatirkan karena dari Gusi sudah keluar darah dan dari hasil laboraterium kandungan Trombosit hanya 15.000 ( normal adalah 150.000 - 450.000 ). Maka dugaan pasti adalah beliau terkena demam berdarah. Tak lama kemudian mba Tiwi datang untuk berkunjung dan dari
symptĂ´mes yang Mba Tiwi sampaikan juga sama bahwa Mas Pur terkena Demam Berdarah.
Dari foto yang kedua terlihat bahwa tangan Mas Pur diinfus oleh 2 jenis obat yang berbeda ( yang satu kuning pekat dan yang lain berwarna bening seperti air). Pada saat jam kunjungan dokter untuk pasien tiba maka kami pun pamit pulang kepada Mas Pur dan istri ( Mba Sukis ).

Sepulang dari rumah sakit, saya dan Bu Nunik langsung ke Mirota untuk membeli jambu klutuk merah untuk dibuat jus lalu akan diberikan ke Mas Pur besok pada jam besuk pagi.

2 Desember 2010, pagi hari jam 8, saya ditemani Yuli berangkat ke Panti Rapih untuk memberikan Jus Jambu. Tak lupa saya juga membeli beberapa botol Pocari untuk diminum oleh Mas Pur.  Sesampainya di Panti Rapih, saya melihat Mas Pur sedang istirahat, setelah berpesan satu dua hal dengan Mba Sukis maka saya pun pamit diri.

Saya tidak langsung berangkat pulang ke rumah tetapi pergi dulu ke Jl. Pajeksan untuk membeli Ang kak yang sangat baik untuk menaikkan trombosit darah. Pada jam besuk sore hari, Saya dan Bu Nunik pergi ke Panti Rapih untuk memberikan Ang Kak agar diminumkan seperti teh untuk Mas Teguh. 

Sesampai di kamar Mas Teguh, saya dan Bu Nunik cukup surprise karena Mas Teguh sudah bisa bangun dari tempat tidur dan duduk di kursi balkon kamarnya padahal sehari sebelumnya masih tergolek lemah di tempat tidur dengan gusi yang selalu mengeluarkan darah. Dari perbincangan  ringan kami, Mas Teguh katakan bahwa  beliau ingin secepatnya keluar dari Panti Rapih karena ingin makan ayam goreng Ny. Suharti dan beliau sudah sangat kangen dengan anak-anak ( Raymond dan Vincent ) karena tidak ada anak-anak maka semuanya jadi sepi. Dua buah kalimat yang bagi kebanyakan orang adalah kalimat biasa yang diucapkan oleh orang sakit. Tetapi bila kita mau lebih jeli lagi dan melihat kalimat kedua yang menyatakan bahwa beliau sudah sangat kangen dengan anak-anak karena tidak ada anak-anak maka semuanya jadi sepi. Ada kekuatan Cinta di dalam kalimat ini, ada rasa kasih seorang Bapak kepada anak-anaknya, ada keintiman yang mendalam dari seorang Bapak terhadap anak-anaknya; Bila kita lihat selang waktu maka hanya 2 hari saja Mas Pur tidak bertemu Raymond dan Vincent tapi Mas Pur katakan SUDAH SANGAT KANGEN DENGAN ANAK-ANAK....Saya lihat dengan kacamata orang kota besar ( kebetulan saya dari Jakarta ) maka kalimat yang Mas Pur katakan adalah hal yang sudah langka, hampir punah sudah. Seorang Bapak di Jakarta, dia tidak pulang berhari-hari dan tidak memberikan kabar kepada anak-istri adalah hal biasa saja.

Percaya atau tidak, rasa kangen yang dilandasi oleh kekuatan cinta dari Mas Pur untuk segera bertemu Raymond dan Vincent menjadi kekutatan utama yang mendorong kesembuhan Mas Pur. Terbukti tanggal 4 Desember 2010, Mas Pur sudah diperbolehkan pulang. Hanya dirawat selama 4 hari saja di Panti Rapih. Bila diingat-ingat, Mas Pur masuk Panti Rapih dengan Gusi yang sudah mengeluarkan darah dan Trombosit hanya 15.000 saja...begitu hebat dalam 4 hari trombosit sudah 98.000 dan boleh pulang.

THE POWER OF LOVE CAN HEAL EVERYTHING IF YOU BELIEVE IN.


S

Tidak ada komentar:

Posting Komentar