Mulai 22 Desember 2010 s/d 2 Januari 2011
Posko Sekertaris Misi SVD Jawa libur untuk persiapan Natal dan Tahun Baru....Dan Posko akan buka kembali tanggal 3 Januari 2011.
Terima Kasih kepada semua orang yang telah membantu kami selama hampir 2 bulan ini dalam menjalankan misi kemanusiaan bagi para korban bencana Merapi.
Joyeux Noel et Bonne Annee....
Senin, 20 Desember 2010
20 Desember 2010
Menindak lanjuti hasil survey lapangan yang dilakukan kemarin ( 19 Desember 2010 ) di Dusun Sumber Lor-Brebah. Maka Posko Sekertaris Misi SVD Jawa memberikan bantuan paket sembako kepada 12 orang pengungsi yang menempati/menumpang di tiga rumah penduduk.
Untuk perjalanan ke Brebah hari ini, saya dan Br. Pius ditemani oleh Ibu Sara dan Ibu Yuni.
Saldo awal 20 Desember | Rp 1.795.300 |
Pengeluaran | |
Beli 1 buah hand saw u/ kerja-bakti di Dusun Berut | Rp 45.000 |
Beli 1 pasang boot u/ kerja-bakti di Dusun Berut (include Transport) | Rp 66.000 |
Makan pagi relawan | Rp 7.000 |
Makan malam relawan | Rp 16.500 |
Total pengeluaran: | Rp 134.500 |
Saldo akhir 20 Desember: Rp. 1.795.300-Rp.134.500=Rp. 1.660.800 |
Minggu, 19 Desember 2010
Minggu 19 Desember 2010
Posko kami melakukan pengecekan lapangan langsung ke sebuah Posko di Dusun Sumber Lor- Brebah. Kami mendapat informasi bahwa ada sekitar 4 KK yang berjumlah 17 jiwa yang masih mengungsi dan belum kembali ke desa mereka di Cangkringan karena rumah mereka sudah terkubur oleh abu dan meterial vulkanik dari merapi.
Kami mendapatkan info tersebut di atas dari sebuah proposal tertulis yang dialamatkan kepada Posko Sekertaris Misi SVD Jawa.
Setelah melakukan briefing singkat dengan P. Sigit pada hari sabtu, 18 Desember 2010 maka kami putuskan agar dilakukan pengecekan lapangan dahulu sebelum memberikan bantuan. Minggu pagi sekitar jam 08.20, Br. Pius dan saya meluncur ke arah Brebah dengan sepeda motor. Dari keterangan yang diberikan oleh CP kami ( Bpk. Budi Santoso ), saya disarankan agar langsung menemui Kepala Dusun Sumber Lor, Bpk. Widodo.
Setelah berkendara sepeda motor kira-kira 40 menit dari Soverdi, itu pun setelah saya bertanya kepada lebih dari 3 orang maka kami pun sampai ke rumah Bpk. Widodo ( Kadus Sumber Lor ). Dari keterangan yang diberikan langsung oleh Bpk. Widodo kepada saya, 17 orang pengungsi ini tersebar di 4 tempat ( rumah) yang berbeda; 5 orang menempati sebuah rumah kosong milik seseorang yang bekerja di Kalimantan, 4 orang menumpang disalah satu rumah penduduk Dusun Sumber Lor, 3 orang juga menumpang disalah satu rumah penduduk di Dusun Sumber Lor dan 5 orang lagi menetap di satu panti asuhan. Untuk 5 orang pengungsi yang menetap di panti asuhan, menurut Bpk. Widodo, semua kebutuhan penggungsi tercukupi karena di panti asuhan tersebut juga ada relawan-relawan yang membantu para pengungsi. Sehingga saya menarik kesimpulan bahwa fokus bantuan lebih baik diarahkan kepada para pengungsi yang ada di rumah-rumah saja dan jumlahnya adalah 5 orang + 4 orang + 3 orang = 12 orang.
Br. Pius, saya dan Bpk. Widodo langsung mengunjungi 3 rumah yang ditumpangi oleh 12 orang pengungsi tersebut. Tetapi sayang kami tidak menemui satu orang pun pengungsi karena mereka semua sedang keluar rumah ( mungkin karena kami datang mendadak tanpa pemberitahuan dan juga waktunya adalah hari minggu dimana bisa saja para pengungsi mencari hiburan--normal). Lalu saya katakan kepada Bpk. Widodo bahwa dalam satu atau dua hari ke depan, pasti saya akan kembali lagi ke sini dengan membawa bantuan. Akhirnya kami pun pamitan dengan Bpk. Widodo untuk kembali ke Soverdi.
Sesampai di Soverdi, saya langsung briefing dengan P. Sigit via telephone untuk membahas hasil pengecekan lapangan yang baru saja dilakukan dan juga melaporkan keterangan dari Bpk. Widodo sehingga kami dapat mengambil keputusan untuk jenis bantuan dan jumlah bantuan yang akan disumbangkan kepada Posko Dusun Sumber Lor - Brebah.
Rumah kosong yang ditemapti 5 orang pengungsi
Rumah penduduk yang ditumpangi oleh 4 orang pengungsi
Rumah penduduk yang ditumpangi 3 orang penduduk
Sabtu, 18 Desember 2010
Saldo awal 18 Desember | Rp 2.282.300 |
Pengeluaran: | |
Bensin mobil relawan | Rp 100.000 |
Pulsa para relawan | Rp 202.000 |
Makan pagi relawan | Rp 4.000 |
Makan siang bersama para relawan | Rp 42.500 |
Makan malam relawan | Rp 12.500 |
Total pengeluaran | Rp 361.000 |
Saldo akhir 18 Desember: Rp.2.282.300-Rp.361.000= Rp.1.921.300 |
Jumat, 17 Desember 2010
Kamis, 16 Desember 2010
Bersama Team Relawan Semen Gresik
16 Desember 2010
Dari informasi yang diberikan kepada Ibu Catur oleh Rm. Saji bahwa ada beberapa tempat di Turi dimana pohon-pohon salak roboh karena abu vulkanik merapi. Dengan keingintahuan yang tinggi maka Team Semen Gresik, saya bawa mengunjungi rumah salah satu karyawan Soverdi Yogya yaitu Mba Anjar. Kenapa? Karena orang tua Mba Anjar adalah petani kebun Salak. Sehingga beliau bisa menunjukkan langsung di lapangan apa yang telah terjadi dengan kebun-kebun salak di sekitar Pakem dan Turi. Lalu apabila ada bantuan dari Semen Gresik untuk para petani salak maka dapat diterangkan/dijelaskan jenis bantuan apa yang paling tepat untuk mereka ( para petani salak ).
Saya juga mengusulkan ke Team Semen Gresik bila mereka mau melihat kerusakan nyata dari kebun-kebun salak maka dapat melihat ke daerah Muntilan. Ibu Catur setuju dengan usulan saya maka kami meluncur kearah Muntilan ke Dusun Berut. Di Dusun Berut, Team Semen Gresik bertemu dengan Bpk. Vincent ( orang tua Rm. Sigit ) dan dari beliau pula Team Semen Gresik mendapat banyak masukkan yang berguna untuk kelanjutan kerja mereka.
Setelah selesai perbincangan Team Semen Gresik dengan Bpk. Vincent kemudian kami pun pamit untuk pulang ke Yogyakarta dengan mengambil jalur melintasi jembatan Kali Lamat. Saya memang ingin memberikan 2 buah gambaran berbeda kepada Team Semen Gresik tentang sungai-sungai yang dibanjiri oleh lahar dingin merapi. Bisa dilihat perbedaan nyata antara Kali Woro dan Kali Lamat. Silahkan Team Semen Gresik memberikan kesimpulannya........
Demikianlah perjalanan saya hari ini dengan Team Semen Gresik yang singkat, padat, melintasi banyak tempat dan memberikan masukkan yang bermanfaat untuk Team Semen Gresik dalam bekerja untuk misi kemanusiaan bagi korban bencana Merapi.
Merci
S
Jam 06.30, saya mengadakan janji untuk bertemu dengan seorang Ibu yang bernama Catur Judi di depan pintu masuk Amarukmo Plasa pada jam 07.00. Saya mendapat nomor kontak Ibu Catur dari Rm. Sigit Pawanta SVD. Informasi awal yang saya dapat adalah ada orang dari Semen Gresik yang mau survey lapangan dan membutuhkan penunjuk jalan ke Balerante dan Muntilan. Karena saya sudah pernah 2X ke Balerante maka Rm. Sigit meminta saya untuk memandu mereka ke titik-titik sasaran yang mau mereka kunjungi.
Singkat kata, bertemulah saya dengan Ibu Catur di depan pintu Ambarukmo Plasa yang datang ditemani oleh team relawannya yaitu Nona Al, Mas Ayi dan Mas Maqdar. Kami langsung meluncur ke Desa Balerante melalui Kaliworo.
Sebelum menyebrangi jembatan kaliworo, kami menyempatkan diri untuk berhenti sebentar dan foto-foto. Ada perasaan "takjub" di dalam hati setiap orang ( team semen Gresik ) yang melihat keadaan seperti yang terpampang di foto di atas.
Kemudian mobil pun langsung meluncur menuju balai desa Balerante. Di sana kami disambut oleh Sekertaris Desa, Pak Basuki. Setelah Ibu Catur berbincang-bincang dengan Pak Basuki tentang bantuan apa saja yang diperlukan oleh Desa Balerante ( secara aktual ) maka perjalanan dilanjutkan menuju Dusun Banjarsari ; Mengunjungi Dusun Banjarsari adalah atas saran Pak Basuki agar Team Semen Gresik langsung meninjau ke lapangan, dari sinilah maka dapat diambil kesimpulan apa saja yang menjadi kebutuhan penting bagi dusun yang terkena bencana merapi.
Di Dusun Balerante ini, Ibu Catur menyempatkan diri untuk berbincang-bincang dengan penduduk lokal dan dari perbincangan ini diketahui secara gamblang apa-apa saja yang menjadi kebutuhan mereka ( para korban merapi di Dusun Balerante ) saat ini dan kebutuhan mereka beberapa bulan ke depan dimana mereka sudah mulai lagi untuk bekerja kembali sebagai petani dan pekebun.
Selesai mengunjungi Dusun Balerante, kami turun ke Yogyakarta untuk makan siang sebentar. Perjalanan dilanjutkan ke Paroki Pakem dan bertemu dengan Rm. Saji Pr. Beliau menerangkan dengan baik kepada Ibu Catur tentang visi dan misi dari Paroki Pakem dalam menyikapi bencana Merapi ini. Maka bertambah lagi masukkan yang baik ke Team Semen Gresik.Dari informasi yang diberikan kepada Ibu Catur oleh Rm. Saji bahwa ada beberapa tempat di Turi dimana pohon-pohon salak roboh karena abu vulkanik merapi. Dengan keingintahuan yang tinggi maka Team Semen Gresik, saya bawa mengunjungi rumah salah satu karyawan Soverdi Yogya yaitu Mba Anjar. Kenapa? Karena orang tua Mba Anjar adalah petani kebun Salak. Sehingga beliau bisa menunjukkan langsung di lapangan apa yang telah terjadi dengan kebun-kebun salak di sekitar Pakem dan Turi. Lalu apabila ada bantuan dari Semen Gresik untuk para petani salak maka dapat diterangkan/dijelaskan jenis bantuan apa yang paling tepat untuk mereka ( para petani salak ).
Saya juga mengusulkan ke Team Semen Gresik bila mereka mau melihat kerusakan nyata dari kebun-kebun salak maka dapat melihat ke daerah Muntilan. Ibu Catur setuju dengan usulan saya maka kami meluncur kearah Muntilan ke Dusun Berut. Di Dusun Berut, Team Semen Gresik bertemu dengan Bpk. Vincent ( orang tua Rm. Sigit ) dan dari beliau pula Team Semen Gresik mendapat banyak masukkan yang berguna untuk kelanjutan kerja mereka.
Setelah selesai perbincangan Team Semen Gresik dengan Bpk. Vincent kemudian kami pun pamit untuk pulang ke Yogyakarta dengan mengambil jalur melintasi jembatan Kali Lamat. Saya memang ingin memberikan 2 buah gambaran berbeda kepada Team Semen Gresik tentang sungai-sungai yang dibanjiri oleh lahar dingin merapi. Bisa dilihat perbedaan nyata antara Kali Woro dan Kali Lamat. Silahkan Team Semen Gresik memberikan kesimpulannya........
Demikianlah perjalanan saya hari ini dengan Team Semen Gresik yang singkat, padat, melintasi banyak tempat dan memberikan masukkan yang bermanfaat untuk Team Semen Gresik dalam bekerja untuk misi kemanusiaan bagi korban bencana Merapi.
Merci
S
Rabu, 15 Desember 2010
Saldo awal 15 Desember | Rp 2.680.800 |
Pengeluaran | |
Cetak kartu ucapan u/ para penderma | Rp 220.000 |
Beli Baterai Alkaline u/ Camera Posko | Rp 19.000 |
Transport print-out buku bank posko di BCA | Rp 11.000 |
Makan siang relawan | Rp 11.000 |
Makan malam bersama relawan | Rp 24.500 |
Total pengeluaran | Rp 285.500 |
Saldo akhir 15 Desember : Rp.2.680.800-Rp.285.500=Rp.2.395.300 |
Selasa, 14 Desember 2010
Saldo awal 14 Desember | Rp.2.989.600 |
Pengeluaran | |
Belanja di Mirota u/ operasional kantor posko | Rp.96.800 |
Makan pagi relawan | Rp.5.000 |
Makan siang bersama para relawan | Rp.148.000 |
Makan malam relawan | Rp.9.000 |
Laundry relawan untuk 10 X cuci | Rp.50.000 |
Total Pengeluaran | Rp.308.800 |
Saldo akhir 14 November: Rp.2.989.600-Rp.308.800=Rp.2.680.800 |
13 Desember 2010
Posko kami mengirimkan beberapa jenis bantuan ke Posko Dusun Berut. Kami berangkat dari Yogyakarta menuju Dusun Berut bertiga yaitu P. Sigit, Ibu Nunik dan saya.
Sebelum memberikan bantuan pada 13 Desember, beberapa hari sebelumnya P. Sigit dan saya sudah melakukan cek - recek ke lapangan dan menanyakan langsung kepada pengelola Posko Dusun Berut apa-apa saja yang menjadi kebutuhan Posko. Setelah semua data lengkap diberikan kepada kami maka kami langsung salurkan dan penuhi kebutuhan Posko Dusun Berut pada 13 Desember 2010.
s
Posko kami mengirimkan beberapa jenis bantuan ke Posko Dusun Berut. Kami berangkat dari Yogyakarta menuju Dusun Berut bertiga yaitu P. Sigit, Ibu Nunik dan saya.
Sebelum memberikan bantuan pada 13 Desember, beberapa hari sebelumnya P. Sigit dan saya sudah melakukan cek - recek ke lapangan dan menanyakan langsung kepada pengelola Posko Dusun Berut apa-apa saja yang menjadi kebutuhan Posko. Setelah semua data lengkap diberikan kepada kami maka kami langsung salurkan dan penuhi kebutuhan Posko Dusun Berut pada 13 Desember 2010.
s
Senin, 13 Desember 2010
Saldo awal 13 Desember | Rp 3.740.400 |
Pengeluaran | |
Tiket Kereta Api Yogya-JKT 21 Des'10 a.n Stevie | Rp 310.000 |
Tiket Kereta Api JKT-Yogya 3 Jan'11 a.n Stevie | Rp 300.000 |
Fax ke Exspedisi Singapore National Academy | Rp 3.600 |
Makan siang bersama para relawan | Rp 62.000 |
Makan malam bersama para relawan | Rp 75.200 |
Total pengeluaran | Rp 750.800 |
Saldo akhir 13 Desember: Rp.3.740.400-Rp.750.800= Rp.2.989.400 |
Misa untuk Para Relawan Merapi di Gereja Salam
Minggu, 12 Desember 2010
P. Sigit Pawanta SVD, Ibu Theresia Nunik dan saya pergi untuk mengikuti misa di Gereja Salam ( Wisma salam ) yang diadakan oleh Keuskupan Agung Semarang sebagai tanda terima kasih kepada semua relawan yang telah mengorbankan tenaga, pikiran dan waktu untuk misi kemanusiaan Merapi.
Foto-foto sebelum Misa dimulai:
P. Sigit Pawanta SVD, Ibu Theresia Nunik dan saya pergi untuk mengikuti misa di Gereja Salam ( Wisma salam ) yang diadakan oleh Keuskupan Agung Semarang sebagai tanda terima kasih kepada semua relawan yang telah mengorbankan tenaga, pikiran dan waktu untuk misi kemanusiaan Merapi.
Foto-foto sebelum Misa dimulai:
Romo-romo ngumpul sebelum misa
Misa pun dimulai
Homili disisipkan dengan pesan dan kesan dari beberapa orang yang menjadi relawan. Dan ada kesamaan yang ditemukan dari setiap orang yang maju ke atas mimbar lalu memberikan kesaksiannya selama bekerja menjadi relawan. Persamaannya adalah 1) Tuhan Allah berkarya dengan cara-Nya yang unik dimulai dari sebuah posko dadakan yang tidak ada apa-apa dan hanya berniat tulus membantu para korban merapi atas landasan kemanusiaan lalu secara tiba-tiba saja semua bantuan mengalir tanpa bisa dibendung( Tangan Tuhan Berkarya ). 2) Terjalin banyak persahabatan dengan orang-orang yang tadinya kita tidak mengenal siapa dia demikan juga dengan orang itu tidak mengenal siapa kita ( sahabat sejati akan muncul dengan sendirinya tanpa perlu kita minta). 3) Misi kemanusiaan ini telah banyak melahirkan orang-orang yang hebat karena berani mengorbankan semua kepentingan pribadinya untuk menolong sesamanya dan orang-orang hebat ini bekerja tidak demi sebuah pengakuan resmi dari institusi ataupun sebuah penyematan tanda jasa di atas dadanya.
Misa pun usai
s
Minggu, 12 Desember 2010
Sabtu, 11 Desember 2010
Terima Kasih kepada SINGAPORE NATIONAL ACADEMY
11 Desember 2010
Pagi yang mendung, saya harus berangkat ke Soverdi karena akan pergi ke Dusun Berut Muntilan bersama dengan P. Sigit.
Sesampai di Soverdi, saya siapkan beberapa hal dan barang-barang yang akan dibawa ke Muntilan. Sekitar jam 08.45, saya mendengar bunyi mobil diesel masuk ke Soverdi. P. Sigit pun keluar untuk menemui pak sopir, setelah pak sopir memberikan surat jalan ke P. Sigit, akhirnya saya mengetahui bahwa yang datang adalah bantuan dari SINGAPORE NATIONAL ACADEMY untuk korban bencana Merapi. Kami yang bertugas di Posko sudah menunggu kedatangan bantuan ini selama lebih dari 1 minggu.
Pintu box yang membawa bantuan pun dibuka, ternyata luar biasa banyak...Hebat dan banyak terima kasih yang dapat kami ucapkan kepada penderma dari SINGAPORE NATIONAL ACADEMY.
P. Sigit, Br. Piter, Br Aley, Saya, Mba Ning, Mba Yati dan 2 orang kernet saling bahu-membahu mengangkat bantuan dan menatanya di Posko. Dimulai dari :
Beras sumbangan kelas 1
Me in Action
Br. Peter in action
Perlahan tetapi pasti akhirnya semua beras sumbangan dari SINGAPORE NATIONAL ACADEMY dapat kami tata dengan baik di Posko Merapi Sekertaris Misi SVD IDJ..Lanjut yang kedua adalah Chainsaw dan Pompa sawah Honda yang akan sangat bermanfaat untuk kerja bakti warga di desa-desa yang terkena bencana ( untuk memotong pohon-pohon rusak dan tumbang karena abu panas merapi dan membersihkan jalan-jalan dari kerak debu yang sudah mengeras ).
Pompa sawah Honda
P. Sigit and Br. Aley with Chainsaw
Me and Chainsaw
Chainsaw dan 1 unit pompa sawah
Pekerjaan tetap kami lanjutkan dengan menurunkan makanan bayi, ini masih ringan karena yang berat-berat masih menanti dibagian akhir. Karyawati Soverdi Yogyakarta yaitu Mba Ning dan Mba Yati mempunyai andil besar dari menurunkan beras dan makanan bayi.
Akhirnya yang berat pun tiba untuk kami pikul bersama...Berat sama dipikul ringan sama dijinjing maka pekerjaan seberat apa pun pasti rampung.
Air Mineral-nya tinggal sedikit
Semuanya selesai ditata
Selesai kerja, P. Sigit dan saya menata kembali beberapa barang agar terlihat lebih rapi dan ruangan posko tidak terlihat sempit. Lalu kami pun pose-pose seperti cover boy majalah Bobo.Me in action dengan latar sumbangan
P. Sigit in action dengan latar sumbangan
Pekerjaan ini menjadi cepat selesai karena jasa dan bantuan yang tulus-iklas dari dua orang bapak ini, kami ucapkan banyak terima kasih atas kebaikan hatinya bapak-bapak.Sekali lagi kami ( POSKO MERAPI SEKERTARIS MISI SVD IDJ ) ingin mengucapkan berlimpah terima kasih atas bantuan sumbangan besar yang telah kami terima dari SINGAPORE NATIONAL ACADEMY - SIDOARJO untuk para korban bencana erupsi Merapi.
S
Saldo awal 11 Desember | Rp.681.800 |
Terima dari P. Sigit Pawanta SVD | Rp.5.000.000 |
Total | Rp.5.681.800 |
Pengeluaran: | |
Beli 150 kg gula pasir u/ Posko Dusun Berut | Rp.1.455.000 |
Tips Sopir+ 2 kernet dari Sekolah Singapore Surabaya | Rp.300.000 |
Belanja di Mirota untuk Operasional Posko Soverdi | Rp.34.900 |
Makan pagi relawan | Rp.6.000 |
Makan siang bersama para relawan | Rp.112.000 |
Makan malam relawan | Rp.15.500 |
Total pengeluaran | Rp.1.923.400 |
Saldo akhir 11 Desember: Rp.5.681.800-Rp.1.923.400=Rp.3.758.400 |
Jumat, 10 Desember 2010
Legio Maria Paroki St. Paulus Surabaya
10 Desember 2010 sekitar jam 9 kurang sedikit, P. Sigit menelephone saya untuk datang ke Soverdi karena ada tamu dari Surabaya ingin memberikan donasi ke Desa Balerante, Klaten.
Saya langsung berangkat ke Soverdi dari rumah Ibu Nunik..Sesampai di depan pintu gerbang Soverdi saya lihat P. Yosef Due SVD dan Bpk. Joko sudah menunggu saya. Setelah mengambil beberapa barang bantuan, kami pun langsung berangkat ke TKP.
Kami mengambil dari arah Pabrik Gula Gondang untuk menuju Kaliworo baru setelah itu menuju Balerante. Mendekati jam 11 siang kami melewati jembatan Kaliworo. Dan para anggota Legio Maria St. Paulus dan P. Josef Due terkesima dengan pemandangan Kaliworo yang sudah kering tanpa ada setetes air pun dan dipenuhi lahar dingin plus ratusan penambang pasir yang memenuhi Kaliworo. Berbagai bayangan bisa terjadi dibenak masing-masing pribadi.....
Selang 15 menit setelah melewati jembatan Kaliworo, akhirnya sampailah kami di Posko Balai Desa Balerante, Saatnya untuk memberikan donasi yang telah disiapkan.
Setelah donasi diberikan maka P. Josef Due ingin agar kita langsung pulang saja ke Yogyakarta tapi cari dan ambil jalan alternatif lain karena jalan yang melalui Kaliworo rusak dan beliau kawatir bila tiba-tiba banjir lahar datang pas mobil yang kami tumpangi sedang melintas ada di atas jembatan Kaliworo maka habis lah kita semua...Beliau sempat katakan bahwa kita boleh beriman kuat tetapi rasio juga harus dipakai. Lalu saya sampaikan ke P. Yosef Due bahwa jalan alternatif lain bisa diambil tapi kita perlu naik dulu ke dusun Banjarsari di atas lalu dari dusun itu kita ambil jalan memotong lereng ke arah kecamatan Cangkringan dekat desa M'bah Marijan kemudian dari sana kita jalan turun terus menuju Yogyakarta tanpa melalui jembatan Kaliworo ( yang rupanya memberikan bayangan menakutkan di kepala P. Yosef Due ).
Perjalanan kami pun dilanjutkan menuju Dusun Banjarsari dengan dipandu oleh warga setempat..Ya, Anggota Legio Maria St. Paulus baru mendapat gambaran nyata di depan mata tentang dasyatnya erupsi Merapi. Sesampai kami di Dusun Banjarsari hujan rintik-rintik turun maka menambah kekawatiran di hati setiap orang yang datang dari Surabaya ini..( mereka kawatir lahar dingin datang menerjang tiba-tiba, normal bagi mereka yang baru pertama kali datang dan melihat apa yang telah terjadi ).
Sebenarnya bila hati agak tenang dan pikiran agak jernih maka segala kekawatiran di hati apalagi ditambah akan bayang-bayang seperti Film 2012..tidak lah perlu terjadi. Sewaktu kami naik menuju Dusun Banjarsari, begitu banyak relawan dari Kabupaten Wonosari yang baru saja selesai kerja bakti dan sedang menikmati hidangan nasi kotak makan siang mereka ( jumlah mereka sekitar 5-6 truk + 1 buah mobil ambulans ). Melihat banyaknya relawan yang datang dari Instansi Resmi Kabupaten Wonosari, sudah pasti dan jelas bahwa ada team ahli yang menyertai mereka. Bila mereka asik dan tenang-tenang aja makan nasi kotak, buat apa kita harus jadi panik sendiri...RUPANYA BAYANG-BAYANG HOROR SUDAH MENGALAHKAN IMAN DAN RASIO. Tetapi sekali lagi saya katakan ini Normal, namanya juga mereka baru pertama kali datang dan lihat sendiri kenyataan yang ada dan bukan lagi sekedar melihat laporan-laporan berita di Televisi yang kadang-kadang LEBAY karena ada segelintir wartawan Televisi yang hanya mementingkan Rating Station Televisi-nya.
Akhirnya kami mengambil jalan memotong lereng dari Dusun Banjarsari ke arah kecamatan Cangkringan yang masuk wilayah DIY. Setelah mendapat petunjuk satu dua hal dari penduduk lokal maka mobil pun meluncur mulus ke arah Wilayah DIY dimana kami akhirnya sampai di SDN 1 Kalasan. Saya tidak melihat lagi raut kawatir di muka mereka. Dan saya katakan kepada setiap orang bahwa mereka sudah melihat sendiri keadaan di lapangan sehingga ada cerita waktu pulang ke Surabaya. Dan cerita ini adalah oleh-oleh dari Yogyakarta yang paling tidak bisa dilupakan.
s
Saya langsung berangkat ke Soverdi dari rumah Ibu Nunik..Sesampai di depan pintu gerbang Soverdi saya lihat P. Yosef Due SVD dan Bpk. Joko sudah menunggu saya. Setelah mengambil beberapa barang bantuan, kami pun langsung berangkat ke TKP.
Kami mengambil dari arah Pabrik Gula Gondang untuk menuju Kaliworo baru setelah itu menuju Balerante. Mendekati jam 11 siang kami melewati jembatan Kaliworo. Dan para anggota Legio Maria St. Paulus dan P. Josef Due terkesima dengan pemandangan Kaliworo yang sudah kering tanpa ada setetes air pun dan dipenuhi lahar dingin plus ratusan penambang pasir yang memenuhi Kaliworo. Berbagai bayangan bisa terjadi dibenak masing-masing pribadi.....
Selang 15 menit setelah melewati jembatan Kaliworo, akhirnya sampailah kami di Posko Balai Desa Balerante, Saatnya untuk memberikan donasi yang telah disiapkan.
Setelah donasi diberikan maka P. Josef Due ingin agar kita langsung pulang saja ke Yogyakarta tapi cari dan ambil jalan alternatif lain karena jalan yang melalui Kaliworo rusak dan beliau kawatir bila tiba-tiba banjir lahar datang pas mobil yang kami tumpangi sedang melintas ada di atas jembatan Kaliworo maka habis lah kita semua...Beliau sempat katakan bahwa kita boleh beriman kuat tetapi rasio juga harus dipakai. Lalu saya sampaikan ke P. Yosef Due bahwa jalan alternatif lain bisa diambil tapi kita perlu naik dulu ke dusun Banjarsari di atas lalu dari dusun itu kita ambil jalan memotong lereng ke arah kecamatan Cangkringan dekat desa M'bah Marijan kemudian dari sana kita jalan turun terus menuju Yogyakarta tanpa melalui jembatan Kaliworo ( yang rupanya memberikan bayangan menakutkan di kepala P. Yosef Due ).
Perjalanan kami pun dilanjutkan menuju Dusun Banjarsari dengan dipandu oleh warga setempat..Ya, Anggota Legio Maria St. Paulus baru mendapat gambaran nyata di depan mata tentang dasyatnya erupsi Merapi. Sesampai kami di Dusun Banjarsari hujan rintik-rintik turun maka menambah kekawatiran di hati setiap orang yang datang dari Surabaya ini..( mereka kawatir lahar dingin datang menerjang tiba-tiba, normal bagi mereka yang baru pertama kali datang dan melihat apa yang telah terjadi ).
Sebenarnya bila hati agak tenang dan pikiran agak jernih maka segala kekawatiran di hati apalagi ditambah akan bayang-bayang seperti Film 2012..tidak lah perlu terjadi. Sewaktu kami naik menuju Dusun Banjarsari, begitu banyak relawan dari Kabupaten Wonosari yang baru saja selesai kerja bakti dan sedang menikmati hidangan nasi kotak makan siang mereka ( jumlah mereka sekitar 5-6 truk + 1 buah mobil ambulans ). Melihat banyaknya relawan yang datang dari Instansi Resmi Kabupaten Wonosari, sudah pasti dan jelas bahwa ada team ahli yang menyertai mereka. Bila mereka asik dan tenang-tenang aja makan nasi kotak, buat apa kita harus jadi panik sendiri...RUPANYA BAYANG-BAYANG HOROR SUDAH MENGALAHKAN IMAN DAN RASIO. Tetapi sekali lagi saya katakan ini Normal, namanya juga mereka baru pertama kali datang dan lihat sendiri kenyataan yang ada dan bukan lagi sekedar melihat laporan-laporan berita di Televisi yang kadang-kadang LEBAY karena ada segelintir wartawan Televisi yang hanya mementingkan Rating Station Televisi-nya.
Akhirnya kami mengambil jalan memotong lereng dari Dusun Banjarsari ke arah kecamatan Cangkringan yang masuk wilayah DIY. Setelah mendapat petunjuk satu dua hal dari penduduk lokal maka mobil pun meluncur mulus ke arah Wilayah DIY dimana kami akhirnya sampai di SDN 1 Kalasan. Saya tidak melihat lagi raut kawatir di muka mereka. Dan saya katakan kepada setiap orang bahwa mereka sudah melihat sendiri keadaan di lapangan sehingga ada cerita waktu pulang ke Surabaya. Dan cerita ini adalah oleh-oleh dari Yogyakarta yang paling tidak bisa dilupakan.
s
Langganan:
Postingan (Atom)